Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, bangsa ini sangat
ingin menghapuskan pengaruh Belanda di Indonesia. Sebaliknya, Jepang ingin
menanamkan kebudayaannya sendiri dan mengembangkannya bersama-sama kebudayaan
asli. Misalnya, membiasakan senam pagi dilanjutkan dengan seikereiatau
menghormati matahari setiap pagi dengan membungkukkan badan ke arah timur,
menyeleng-garakan tonarigumiatau rukun tetangga untuk mengumpulkan iuran bagi
kepentingan perang, dan pengembangan bahasa. Jepang sangat memedulikan pengembangan
bidang sastra. Untuk menghapuskan pengaruh Belanda, Jepang melarang penggunaan
bahasa Belanda dan sebaliknya, mengembangkan bahasa Indonesia dengan mendirikan
Komisi Bahasa Indonesia. Tugas komisi ini adalah mengembangkan dan memperbanyak
perbendaharaan bahasa. Bahasa Jepang dan bahasaIndonesia wajib digunakan di
kantor-kantor dan sekolah-sekolah. Nama-nama kota dan jalan diganti dalam
bahasa Indonesia. Misalnya, Batavia diganti Jakarta, Meester Cornelis diganti
Jatinegara, Buitenzorg diganti Bogor. Nama-nama jawatan diganti dalam bahasa
bahasa Jepang. Lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, dinyanyikan bersama-sama
dengan lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya. Adapun untuk memperkuat
pengaruh Jepang, diajarkan pula penggunaan aksara Kanji, Hiragana, dan Katakana.
Pengajarannya dilakukan di sekolah-sekolah, melalui koran nasional berbahasa
Jepang, dan dibukanya kursus-kursus berbahasa Jepang. Agar dapat mendukung
Nippon Seisin(Semangat Jepang) dalam berbahasa, diberikan tunjangan istimewa
kepada siapa yang dapat menunjukkan kecakapan berbahasa Jepang dalam tingkatan
dai-tji(dasar), dai-ni(menengah), dai-son(atas), dai-jon(tinggi),
dai-go(lanjut). Pada tanggal 1 April 1943, didirikan Pusat Kebudayaan Keiman
Bunka Shidosho.
Jepang memberikan pendidikan pada rakyat Indonesia dengan maksud atau
tujuan untuk mendukung kepentingan perangnya. Jepang memiliki keinginan untuk
memanfaatkan segala sumber daya yang ada di Indonesia pada saat pendudukannya,
yaitu dari sumber daya ekonomi, sumber daya alam, sumber daya manusia dan
sumber daya yang lainnya.
Pada mulanya Jepang memberikan pendidikan di Indonesia dengan meneruskan
pendidikan yang sudah ada sebelumnya, yaitu pada masa pendudukan Belanda dengan
pendidikan ala barat. Akan tetapi
kemudian Jepang merombaknya yaitu dengan memasukkan doktrin Asia raya
agar sesuai dengan tujuan serta maksud Jepang.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar