Minggu, 05 Oktober 2014

Keimanan dan Ketaqwaan


1. Keimanan dan Ketaqwaan
Iman adalah Makrifat dengan hati, pengakuan dengan lidah dan tindakan dengan anggota-anggota badan (dengan kata lain; Diyakini dalam Hati, diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan perbuatan).
Sesungguhnya Iman muncul sebagai titik di dalam hati, setiap kali Iman itu bertambah, bertambah pula titik itu.
Tidak akan sempurna Iman seorang hamba sehingga apa yang ada di tangan Alloh SWT lebih dipercayainya daripada apa yang ada di tangannya sendiri.
Di antara tanda-tanda yang dapat dipercaya atas agama Alloh SWT setelah pengakuan dan perbuatan adalah tegas dalam perintahnya, jujur dalam perkataannya, adil dalam hukumnya, dan mempunyai sifat belas kasih terhadap rakyatnya.
Taqwa / takwa dalam bahasa Arab berarti memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah:
1. Melaksanakan segala perintah Allah
2. Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
3. Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah






Kekuasaannya tidak menjadikannya melampaui batas. Keramahannya tidak menjadikannya lemah. Keagungannya tidak mencegahnya untuk memberikan ampunan. Dan pengampunannya tidak menjadikannya menyia-nyiakan hukum.
Keimanan dan Ketaqwaan dalam Islam menurut Imam 'Ali bin Abi Tholib k.w.
Iman mempunyai 4 Pilar, yaitu:
1.     Sabar
2.     Yakin
3.     Keadilan
4.     Jihad
Sabar mempunyai 4 Cabang, yaitu:
1.     Rindu (Syauq), maka barang siapa yang rindu pada Surga, dia akan melupakan segala godaan hawa nafsu.
2.     Takut (Syafaq), barangsiapa yang takut akan Neraka, dia akan meninggalkan segala yang diharamkan.
3.     Zuhud, barangsiapa yang zuhud di dunia, dia akan menganggap ringan segala musibah.
4.     Antisipasi (Taroqqub), barangsiapa yang mengantisipasi kematian, dia akan bergegas melakukan amal-amal kebajikan.
Yakin mempunyai 4 Cabang, yaitu:
1.     Memandang segala sesuatu dengan ketajaman pikiran, maka barangsiapa yang memandang segala sesuatu dengan ketajaman pikiran, akan jelas baginya hikmah.
2.     Menafsirkan dengan hikmah, barangsiapa yang jelas baginya hikmah, dia akan mengenal pelajaran.
3.     Menjadikan pelajaran sebagai nasihat, dan barangsiapa yang telah mengenal pelajaran, seakan-akan dia termasuk orang-orang terdahulu.
4.     Sunnah orang-orang terdahulu
Keadilan mempunyai 4 Cabang, yaitu:
1.     Menyelami Pemahaman, barangsiapa yang paham, dia akan mengetahui kedalaman ilmu
2.     Mendalami Ilmu, barangsiapa yang telah mengetahui kedalaman ilmu, akan keluar darinya syariat-syariat hukum
3.     Mengetahui Intisari Hukum
4.     Kukuh Dalam Kesabaran, dan barangsiapa yang bersabar, dia tidak akan melampaui batas dalam semua urusannya dan akan hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai orang terpuji.
Jihad mempunyai 4 Cabang, yaitu:
1.     Mengajak Kepada Kebaikan, barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, dia telah membantu orang-orang Mukmin
2.     Mencegah Kemungkaran, barangsiapa yang mencegah kemungkaran, dia telah merendahkan orang-orang kafir
3.     Lurus Dalam Setiap Keadaan, barangsiapa yang lurus dalam setiap keadaannya, semua kebutuhannya akan terpenuhi
4.     Membenci Orang-orang Fasik, barangsiapa yang membenci orang-orang fasik dan marah karena Alloh, maka Alloh akan marah karena marahnya, dan Dia akan menjadikannya ridho pada hari kiamat.
Keimanan Dan Ketaqwaan Dalam Islam
Seorang Mukmin mempunyai 3 waktu, yaitu:
1.     Waktu dia bermunajat kepada Tuhan-nya
2.     Waktu mencari penghidupannya (bekerja), dan
3.     Waktu Dia menikmati kesenangan dirinya (dalam hal-hal yang dihalalkan)
Orang yang Bijak hanya merasa mantap pada 3 keadaan, yaitu:
1.     Memperbaiki penghidupannya, atau
2.     Melangkah dalam urusan akhirat, atau
3.     Menikmati kesenangan dalam hal yang tidak diharamkan
Kegembiraan orang Mukmin terlihat diwajahnya, sedangkan kesedihannya tersimpan dihatinya. Dadanya paling lapang (sabar) dan merasa dirinya paling hina. Dia tidak menyukai kedudukan dan membenci reputasi. Panjang kesedihannya. Jauh pikirannya. Banyak diamnya. Sibuk waktunya. Banyak bersyukur dan bersabar. Tenggelam dalam pikirannya. Berpegang teguh pada kesetiakawanan. Mudah perangainya. Penurut. Dan jiwanya lebih keras daripada batu api, sementara dia lebih (merasa) hina daripada seorang budak.
2.   Implikasi tauhid dalam Islam.
Iman menurut arti bahasa yaitu percaya atau mempercayai sesuatu. Sedangkan dalam arti lazim , iman artinya meyakini dengan hati , mengucapkan dengan lisan , dan mengamalkan dengan perbuatan. Iman adalah awal dan akhir dari semua unsur ajaran islam yaitu keyakinan yang menegaskan bahwa hanya Allah SWT yang menciptkan, memberi hukum-hukum , mengatur dan mendidik alam semesta. Dan sesungguhnya hanya Allah SWT lah satu-satunya yang wajib dan di sembah, di mohon petunjuk dan pertolongan-Nya, serta di taati (tauhid uluhiyah). Iman yang pertama ditujukan Kepada Allah SWT kemudian diikuti dengan iman kepada malaikat-malikat Allah , kitab-kitab ,Rasull-rasull-Nya, Hari akhir dan kepada qada dan qodar. Semua itulah yang dimaksud dengan rukun iman yang berjumlah lima unsur keimanan yang harus diyakini. Dalam suatu hadist Rasullallah SAW pernah bersabda bahwa iman itu cabangnya lebih dari enam puluh, dan perasaan malu adalah salah satu cabang dari iman (Diriwayatkan Oleh Imam Bukhari). Dalam lima cabang iman yang telah disebutkan tadi, ada satu cabang iman yang paling tinggi yaitu mengakui bahwa tiada Tuhan yang patut di sembah selain Allah SWT, dan yang paling rendah yaitu menyingkirkan apa saja yang dapat mendatangkan celaka ( Diriwayatkan Oleh Iman Muslim). Jadi iman itu meliputi seluruh perbuatan yang mengandung kebaikan dan manfaat terhadap manusia dan makhluk lainya yang dapat kita sebut dengan “amal shalih”.
           Oleh karena itu Islam sangat berkaitan dengan perbuatan ,yaitu perbuatan yang baik yang tentunya , yang didasarkan karena Allah semata. Perbuatan yang serupa inilah yang disebut Ibadah , suatu ibadah yang telah di tegaskan dalam rukun islam yaitu , mengucapkan dua kalimah syahadat, mengerjakan shalat, berpuasa di bulan Ramadhan , mengeluarkan Zakat , dan menunaikan ibadah haji bagi yang telah mampu. Semua itulah hal-hal yang bersifat perbuatan nyata/amaliah , dan jika dikerjakan secara baik dan sempurna berarti ia telah melaksanakan Ibadah kepada Allah SWT.
Dari uraian di atas dapat kita peroleh bahwa keimanan adalah meliputi ucapan,keyakinan dan perbuatan yang nampak dalam kehidupannya sehari-hari. Dan keimanan yang sempurna itu dapat menghasilkan buah-buah iman dalam hidupnya diantaranya :
a.   Kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain yaitu , Bahwa Allah lah Yang  Maha Kuasa atas umatnya yang memberikan kehidupan, kedudukan yang tinggi, menurunkan pangkat yang tinggi , juga hanya Dia yang dapat memberikan kemelaratan atau kemanfaatan kepada seseorang.
b.  Cinta kepada kebenaran dan benci kepada kebatilan yaitu mendorong manusia untuk selalu cinta kepada kebenaran dan benci terhadap kebatilan.
c.   Ketenangan atau thumani’nah yaitu, merasa memiliki tempat mengadu,pembela,penolong,pemberi rezeki dan sebagainya.
d.  Melepaskan diri dari pengaruh keduniaan yaitu, mendorong manusia untuk mengarahkan segala apa yang dimilikinya hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.
3.   Implikasi Ketaqwaan dalam kehidupan.

Taqwa menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi, memiliki makna dan implikasi kemanusiaan yang sangat luas. Nilai-nilai kemanusiaan sebagai akibat ketaqwaan itu diantaranya :
1. Berilmu; dalam Alqur’an pada prinsipnya taqwa berarti mentaati segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Setiap perintah Allah adalah ’kebaikan’ untuk dirinya; sebaliknya setiap larangan Allah apabila tetap dilanggar maka ’keburukan’ akan menimpa dirinya. Maka, dalam konteks ini, taqwa menjadi ukuran baik tidaknya seseorang, dan seseorang bisa mengetahui ”baik” dan ”tidak baik” itu memerlukan pengetahuan (ilmu).
2.   Kepatuhan dan disiplin; taqwa menjadi indikator beriman tidaknya seseorang kepada Allah. Sebab, setiap ”perintah” dan ”larangan” dalam Alqur’an selalu dalam konteks keimanan kepada Allah. Oleh karena itu, secara sederhana, setiap orang yang mengamalkan taqwa kepada Allah pasti ia beriman; tapi, tidak setiap orang beriman bisa menjalani proses ketaqwaannya, yang diantaranya disebabkan oleh faktor ”ketidaktahuan” dan ”pembangkangan”. Maka, iman, islam, dan taqwa dalam beberapa ayat selalu disebut sekaligus, untuk menunjukkan integralitas dan mempribadi dalam diri seseorang.
3.   Sikap hidup dinamis; taqwa pada dasarnya merupakan suatu proses dalam menjaga dan memelihara ”hubungan baik” dengan Allah, sesama manusia, dan alam. Karena berhadapan dengan situasi yang berkembang dan berubah-ubah, maka dari proses ini manusia taqwa membentuk suatu cara dan sikap hidup. ”Cara” dan ”sikaphidup” yang sudah dibentuk ini, secara antropologis-sosiologis menghasilkan etika, norma dan sistem kemasyarakatan ( kebudayaan).
4.   Kejujuran, keadilan, dan kesabaran; tga hal ini merupakan bagian yang ditonjolkan dalam ayat-ayat taqwa. Kejujuran, keadilan, dan kesabaranmerupakan dasar-dasar kemanusiaan universal. Dalam konteks ini, kesabaran dipahami sebagai keharmonisan dan keteguhan diri dalam menghadapi segala cobaan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar