Senin, 08 Desember 2014
Kerinduan Seorang Ayah
Seorang pemuda duduk di hadapan laptopnya....Login facebook...pertama kali yang dia cek adalah inbox....hari ini terlihat sesuatu yang tidak dia perdulikan selama ini....bagian ‘OTHER’ di inboxnya... Ada dua pesan. ...Pesan pertama, spam. ...Pesan kedua, dia membukanya.... Ternyata pesan 3 bulan yang lalu..dengan mata kelelahan sehabis pulang dari kerja dia pun membaca isi inbox tersebut.
“Assalamu alaikum nak ..Ini kali pertama ayah mencoba menggunakanfacebook. Ayah coba tambah kamu sebagai teman tapi tidak bisa,ayah juga tidak terlalu paham benda ini....ayah coba kirim pesan ini kepada kamu.Maaf, ayah tidak pandai mengetik Ini pun kawan ayah yang mengajarkan cara mengetik dan mengirim tulisan ini,anakku Ingatkah saat pertama kali kamu punya HP? Saat itu kamu kelas 4 SD...ayah kasian... semua anak-anak sekarang punya HP jadi ayah menghadiahkan pada kamu satu dengan harapan kamu akan telpon ayah kalau kamu mau cerita baik tentang masalah asrama, sekolah atau apa-apa saja.Tapi, kamu hanya telpon ayah seminggu sekali menanyakan tentang uang makan dan jajan,ayah berpikir j....mungkinkah isi ulang pulsa 100 ribu itu tidak mencukupi untuk menelfon..meskipun nelpon ayah itu tidak sampai 5 menit..???Sudah habiskah pulsamu nak????
Anakku saat kamu kecil dulu, ayah masih ingat pertama kali kamu bisa berbicara...kamu berusaha memanggil, ‘Ayah, ayah, ayah’. Ayah bahagiaa sekali....anak lelaki ayah memanggil manggil nama ayah dan nama ibu.....anakku waktu itu ayah senang bisa mengajar kamu berbicara walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang ayah ucapkan di umur kamu 4 atau 5 tahun.Tapi, percayalah ayah dan ibu bicara dengan kamu banyak sekali.....Kamulah penghibur kami di saat kami berduka....meskipun kami hanya mendegar gelak tawamu saja.
Saat kamu masuk SMP,ayah ingat kamu selalu bercerita dengan ayah ketika membonceng motor dengan ayah setiap pergi dan pulang sekolah. Banyak yang kamu ceritakan pada ayah baik tentang ibu guru, sekolah, teman-teman ataupun lainnya.... ayah jadi makin bersemangat bekerja keras mencari uang untuk biaya sekolah.kamu nak...Sebab kami berharap kelak kamu akan menjadi anak yang sholeh dan hebat,mampu membanggakan ayah dan ibu. Menyenangkan sekali kami mampu melakukan yang terbaik untukmu anakku.....
Ketika kamu masuk SMA...kamu mulai memiliki kawan-kawan baru.....sepulang dari sekolah, kamu langsung masuk kamar.... keluar pas waktu makan saja...... kemudian keluar rumah dengan kawan-kawanmu.....dan kini mulai jarang bercerita dengan ayah dan ibu.
Anakku karena kepandaianmu ....akhirnya kamu masuk asrama di Aliyah. Di asrama,jarak antara kita semakin jauh.....kamu hanya mencari kami saat perlu saja...setelah itu Kamu abaikan kami lagi...dan hanya menghubungi jika ada sesuatu yang penting.
Ayah tahu nak naluri remaja karena ayah pun pernah muda dan ayahpun tahu kalau ternyata kamu mulai menyukai seorang gadis...itupun ayah tahu dari cerita teman temanmu.
Anakku ketika masuk kuliah, sikap kamu sama saja dengan ketika di Aliyah dulu.... Jarang menghubungi kami....sewaktu pulang liburan, kamu
sibuk dengan HP, dengan laptop, dengan internet kamu, dengan dunia kamu sendiri...terkadang ayah bertanya-tanya sendiri dalam hati.....Adakah kawan istimewa itu lebih penting dari Ayah dan ibu????
Adakah ayah dan ibu cuma diperlukan saat kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu?ataukah kami hanya di perlukan jika kamu butuh biaya saja???
Akhirnya, kamu samasekali jarang berbicara dengan ayah dan ibu..... Kalau pun bicara, hanya dengan jari-jemari.
Anakku ....ibarat .berjumpa tapi tak berkata-kata,berbicara tapi seperti tak bersuara,bertegur sapa cuma waktu hari raya saja. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah kata. Ditegur, kamu buang muka....dimarahi, kamu tidak pulang liburan lagi.
Malam ini, ayah sebenarnya rindu sekali padamu nak....bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu nak....Cuma ayah sudah terlalu tua. Ayah sudah di penghujung usia 60-an.,kekuatan ayah tidak sekuat dulu lagi.....ayah tidak minta banyak…Kadang-kadang, ayah cuma mau kamu berada di sisi ayah,berbicara tentang hidup kamu..tentang kejadian diluar sana...meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu...menangis pada ayah...mengadu pada ayah.....bercerita pada ayah seperti saat kamu keci dulu.
Namun anakku....apapun itu....maafkanlah ayah atas curhat ayah ini....Jagalah sholat.... Jagalah hati......
Jagalah Iman...... Mungkin kamu tidak punya waktu berbicara dengan ayah.
Namun, jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan Allah.
Jangan letakkan cinta di hati pada seseorang melebihi cinta kepada Allah.
Mungkin kamu mengabaikan ayah...namun jangan kamu mengabaikan Allah..... Maafkan ayah atas segalanya.”
Pemuda itu meneteskan air mata.....Dalam hati perih tidak terkira....
Bagaimana tidak, tulisan ayahandanya itu dibaca setelah 3 bulan beliau pergi untuk selama-lamanya.Di saat tidak mungkin lagi mampu memeluk tubuh tua ayahnya.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar