1. Keimanan
dan Ketaqwaan
Iman adalah Makrifat dengan hati,
pengakuan dengan lidah dan tindakan dengan anggota-anggota badan (dengan kata
lain; Diyakini dalam Hati, diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan
perbuatan).
Sesungguhnya Iman muncul sebagai titik di dalam hati, setiap kali Iman itu bertambah, bertambah pula titik itu.
Tidak akan sempurna Iman seorang hamba sehingga apa yang ada di tangan Alloh SWT lebih dipercayainya daripada apa yang ada di tangannya sendiri.
Di antara tanda-tanda yang dapat dipercaya atas agama Alloh SWT setelah pengakuan dan perbuatan adalah tegas dalam perintahnya, jujur dalam perkataannya, adil dalam hukumnya, dan mempunyai sifat belas kasih terhadap rakyatnya.
Sesungguhnya Iman muncul sebagai titik di dalam hati, setiap kali Iman itu bertambah, bertambah pula titik itu.
Tidak akan sempurna Iman seorang hamba sehingga apa yang ada di tangan Alloh SWT lebih dipercayainya daripada apa yang ada di tangannya sendiri.
Di antara tanda-tanda yang dapat dipercaya atas agama Alloh SWT setelah pengakuan dan perbuatan adalah tegas dalam perintahnya, jujur dalam perkataannya, adil dalam hukumnya, dan mempunyai sifat belas kasih terhadap rakyatnya.
Taqwa
/ takwa
dalam bahasa Arab berarti memelihara diri dari siksaan Allah
dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak
cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah:
1. Melaksanakan segala perintah Allah2. Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
3. Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah
Kekuasaannya tidak
menjadikannya melampaui batas. Keramahannya tidak menjadikannya lemah.
Keagungannya tidak mencegahnya untuk memberikan ampunan. Dan pengampunannya
tidak menjadikannya menyia-nyiakan hukum.
Keimanan dan Ketaqwaan dalam Islam menurut Imam 'Ali bin Abi Tholib k.w.
Iman mempunyai 4 Pilar, yaitu:
Keimanan dan Ketaqwaan dalam Islam menurut Imam 'Ali bin Abi Tholib k.w.
Iman mempunyai 4 Pilar, yaitu:
1. Sabar
2. Yakin
3. Keadilan
4. Jihad
Sabar
mempunyai 4 Cabang, yaitu:
1. Rindu (Syauq), maka barang siapa yang rindu pada
Surga, dia akan melupakan segala godaan hawa nafsu.
2. Takut (Syafaq), barangsiapa yang takut akan
Neraka, dia akan meninggalkan segala yang diharamkan.
3. Zuhud, barangsiapa yang zuhud di dunia,
dia akan menganggap ringan segala musibah.
4. Antisipasi (Taroqqub), barangsiapa yang mengantisipasi kematian,
dia akan bergegas melakukan amal-amal kebajikan.
Yakin
mempunyai 4 Cabang, yaitu:
1. Memandang segala sesuatu dengan
ketajaman pikiran, maka
barangsiapa yang memandang segala sesuatu dengan ketajaman pikiran, akan jelas
baginya hikmah.
2. Menafsirkan dengan hikmah, barangsiapa yang jelas baginya
hikmah, dia akan mengenal pelajaran.
3. Menjadikan pelajaran sebagai nasihat, dan barangsiapa yang telah
mengenal pelajaran, seakan-akan dia termasuk orang-orang terdahulu.
4. Sunnah orang-orang terdahulu
Keadilan
mempunyai 4 Cabang, yaitu:
1. Menyelami Pemahaman, barangsiapa yang paham, dia akan
mengetahui kedalaman ilmu
2. Mendalami Ilmu, barangsiapa yang telah mengetahui
kedalaman ilmu, akan keluar darinya syariat-syariat hukum
3. Mengetahui Intisari Hukum
4. Kukuh Dalam Kesabaran, dan barangsiapa yang bersabar, dia
tidak akan melampaui batas dalam semua urusannya dan akan hidup di
tengah-tengah masyarakat sebagai orang terpuji.
Jihad
mempunyai 4 Cabang, yaitu:
1. Mengajak Kepada Kebaikan, barangsiapa yang mengajak kepada
kebaikan, dia telah membantu orang-orang Mukmin
2. Mencegah Kemungkaran, barangsiapa yang mencegah
kemungkaran, dia telah merendahkan orang-orang kafir
3. Lurus Dalam Setiap Keadaan, barangsiapa yang lurus dalam
setiap keadaannya, semua kebutuhannya akan terpenuhi
4. Membenci Orang-orang Fasik, barangsiapa yang membenci
orang-orang fasik dan marah karena Alloh, maka Alloh akan marah karena
marahnya, dan Dia akan menjadikannya ridho pada hari kiamat.
Keimanan Dan
Ketaqwaan Dalam Islam
Seorang Mukmin mempunyai 3 waktu, yaitu:
Seorang Mukmin mempunyai 3 waktu, yaitu:
1. Waktu dia bermunajat kepada
Tuhan-nya
2. Waktu mencari penghidupannya
(bekerja), dan
3. Waktu Dia menikmati kesenangan
dirinya (dalam hal-hal yang dihalalkan)
Orang yang
Bijak hanya merasa mantap pada 3 keadaan, yaitu:
1. Memperbaiki penghidupannya, atau
2. Melangkah dalam urusan akhirat, atau
3. Menikmati kesenangan dalam hal yang
tidak diharamkan
Kegembiraan
orang Mukmin terlihat diwajahnya, sedangkan kesedihannya tersimpan dihatinya.
Dadanya paling lapang (sabar) dan merasa dirinya paling hina. Dia tidak
menyukai kedudukan dan membenci reputasi. Panjang kesedihannya. Jauh
pikirannya. Banyak diamnya. Sibuk waktunya. Banyak bersyukur dan bersabar.
Tenggelam dalam pikirannya. Berpegang teguh pada kesetiakawanan. Mudah
perangainya. Penurut. Dan jiwanya lebih keras daripada batu api, sementara dia
lebih (merasa) hina daripada seorang budak.
2.
Implikasi tauhid dalam Islam.
Iman
menurut arti bahasa yaitu percaya atau mempercayai sesuatu. Sedangkan dalam
arti lazim , iman artinya meyakini dengan hati , mengucapkan dengan lisan , dan
mengamalkan dengan perbuatan. Iman adalah awal dan akhir dari semua unsur
ajaran islam yaitu keyakinan yang menegaskan bahwa hanya Allah SWT yang
menciptkan, memberi hukum-hukum , mengatur dan mendidik alam semesta. Dan
sesungguhnya hanya Allah SWT lah satu-satunya yang wajib dan di sembah, di
mohon petunjuk dan pertolongan-Nya, serta di taati (tauhid uluhiyah). Iman yang
pertama ditujukan Kepada Allah SWT kemudian diikuti dengan iman kepada
malaikat-malikat Allah , kitab-kitab ,Rasull-rasull-Nya, Hari akhir dan kepada
qada dan qodar. Semua itulah yang dimaksud dengan rukun iman yang berjumlah
lima unsur keimanan yang harus diyakini. Dalam suatu hadist Rasullallah SAW
pernah bersabda bahwa iman itu cabangnya lebih dari enam puluh, dan perasaan
malu adalah salah satu cabang dari iman (Diriwayatkan Oleh Imam Bukhari). Dalam
lima cabang iman yang telah disebutkan tadi, ada satu cabang iman yang paling
tinggi yaitu mengakui bahwa tiada Tuhan yang patut di sembah selain Allah SWT,
dan yang paling rendah yaitu menyingkirkan apa saja yang dapat mendatangkan
celaka ( Diriwayatkan Oleh Iman Muslim). Jadi iman itu meliputi seluruh
perbuatan yang mengandung kebaikan dan manfaat terhadap manusia dan makhluk
lainya yang dapat kita sebut dengan “amal shalih”.
Oleh karena itu Islam sangat berkaitan dengan perbuatan ,yaitu perbuatan yang baik yang tentunya , yang didasarkan karena Allah semata. Perbuatan yang serupa inilah yang disebut Ibadah , suatu ibadah yang telah di tegaskan dalam rukun islam yaitu , mengucapkan dua kalimah syahadat, mengerjakan shalat, berpuasa di bulan Ramadhan , mengeluarkan Zakat , dan menunaikan ibadah haji bagi yang telah mampu. Semua itulah hal-hal yang bersifat perbuatan nyata/amaliah , dan jika dikerjakan secara baik dan sempurna berarti ia telah melaksanakan Ibadah kepada Allah SWT.
Oleh karena itu Islam sangat berkaitan dengan perbuatan ,yaitu perbuatan yang baik yang tentunya , yang didasarkan karena Allah semata. Perbuatan yang serupa inilah yang disebut Ibadah , suatu ibadah yang telah di tegaskan dalam rukun islam yaitu , mengucapkan dua kalimah syahadat, mengerjakan shalat, berpuasa di bulan Ramadhan , mengeluarkan Zakat , dan menunaikan ibadah haji bagi yang telah mampu. Semua itulah hal-hal yang bersifat perbuatan nyata/amaliah , dan jika dikerjakan secara baik dan sempurna berarti ia telah melaksanakan Ibadah kepada Allah SWT.
Dari
uraian di atas dapat kita peroleh bahwa keimanan adalah meliputi
ucapan,keyakinan dan perbuatan yang nampak dalam kehidupannya sehari-hari. Dan
keimanan yang sempurna itu dapat menghasilkan buah-buah iman dalam hidupnya
diantaranya :
a.
Kemerdekaan
jiwa dari kekuasaan orang lain yaitu , Bahwa Allah lah Yang Maha Kuasa atas umatnya yang memberikan
kehidupan, kedudukan yang tinggi, menurunkan pangkat yang tinggi , juga hanya
Dia yang dapat memberikan kemelaratan atau kemanfaatan kepada seseorang.
b.
Cinta
kepada kebenaran dan benci kepada kebatilan yaitu mendorong manusia untuk
selalu cinta kepada kebenaran dan benci terhadap kebatilan.
c.
Ketenangan
atau thumani’nah yaitu, merasa memiliki tempat mengadu,pembela,penolong,pemberi
rezeki dan sebagainya.
d.
Melepaskan
diri dari pengaruh keduniaan yaitu, mendorong manusia untuk mengarahkan segala
apa yang dimilikinya hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.
3.
Implikasi Ketaqwaan dalam kehidupan.
Taqwa
menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi, memiliki makna dan implikasi
kemanusiaan yang sangat luas. Nilai-nilai kemanusiaan sebagai akibat ketaqwaan
itu diantaranya :
1. Berilmu; dalam Alqur’an pada
prinsipnya taqwa berarti mentaati segala perintah Allah dan
menjauhi segala laranganNya. Setiap perintah Allah adalah ’kebaikan’ untuk
dirinya; sebaliknya setiap larangan Allah apabila tetap dilanggar maka
’keburukan’ akan menimpa dirinya. Maka, dalam konteks ini, taqwa menjadi
ukuran baik tidaknya seseorang, dan seseorang bisa mengetahui ”baik” dan ”tidak
baik” itu memerlukan pengetahuan (ilmu).
2. Kepatuhan dan
disiplin; taqwa menjadi indikator beriman tidaknya seseorang
kepada Allah. Sebab, setiap ”perintah” dan ”larangan” dalam Alqur’an selalu
dalam konteks keimanan kepada Allah. Oleh karena itu, secara sederhana, setiap
orang yang mengamalkan taqwa kepada Allah pasti ia beriman;
tapi, tidak setiap orang beriman bisa menjalani proses ketaqwaannya, yang
diantaranya disebabkan oleh faktor ”ketidaktahuan” dan ”pembangkangan”. Maka,
iman, islam, dan taqwa dalam beberapa ayat selalu disebut sekaligus, untuk
menunjukkan integralitas dan mempribadi dalam diri seseorang.
3. Sikap hidup dinamis; taqwa pada
dasarnya merupakan suatu proses dalam menjaga dan memelihara ”hubungan baik”
dengan Allah, sesama manusia, dan alam. Karena berhadapan dengan situasi yang
berkembang dan berubah-ubah, maka dari proses ini manusia taqwa membentuk suatu
cara dan sikap hidup. ”Cara” dan ”sikaphidup” yang sudah dibentuk ini, secara
antropologis-sosiologis menghasilkan etika, norma dan sistem kemasyarakatan (
kebudayaan).
4. Kejujuran, keadilan, dan
kesabaran; tga hal ini merupakan bagian yang ditonjolkan dalam ayat-ayat taqwa.
Kejujuran, keadilan, dan kesabaranmerupakan dasar-dasar kemanusiaan universal.
Dalam konteks ini, kesabaran dipahami sebagai keharmonisan dan keteguhan diri
dalam menghadapi segala cobaan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar